Ayah Bunda Asuh Anak Stunting (ABAAS)
Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Sabaruddin, SKM.M.Kes | Kamis, 15 Juni 2023 - 09:45:00
Latar Belakang
Prevalensi Stunting dari tahun ke tahun cenderung fluktuatif, meningkat pada periode dalam laporan SSGI pada tahun 2021 Kabupaten Nunukan pada angka 30 % (Kementerian Kesehatan, 2022). Dan pada tahun 2022 meningkat menjadi 30.5%.
Kecenderungan meningkatnya prevalensi stunting di Kabupaten Nunukan tersebut, menunjukkan bahwa upaya-upaya intervensi yang dilakukan selama ini belum mampu menekan atau menurunkan kasus stunting di Nunukan. Intervensi yang selama kurang lebih 5 (lima) tahun dilakukan masih bersifat intervensi program yang bersifat umum untuk pencegahan tapi tidak berorientasi penanggulangan terhadap kasus stunting yang sudah ada. Kemudian pola intervensi yang tidak integratif antara intervensi untuk pencegahan dan intervensi penanggulangan juga belum ada kolaborasi yang sistematis dan terukur antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan multipihak yang terlibat secara langsung.
Intervensi melalui pemberian makanan tambahan dari berbagai sumber belum sepenuhnya tepat sasaran masih banyak yang bersifat kebutuhan keluarga tetapi tidak terfokus untuk anak yang sudah di kategorikan stunting terlebih lagi pada anak stunting dari keluarga yang kurang mampu. Unsur multipihak yang di anggap berpotensi untuk berkontribusi besar dalam upaya penurunan stunting dengan membantu keluarga yang memiliki anak stunting karena ketidakmampuan untuk pemenuhan gizi anak perlu untuk di ajak dan di beri kesempatan untuk berkontribusi maka pemerintah kabupaten Nunukan dalam hal ini Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS)Kabupaten melakukan sebuah inovasi Gerakan ayah bunda asuh anak stunting ( ABAAS) untuk mengakomodir dan mengharapkan dapat menjadi sebuah alternatif solusi yang tepat sasaran dan integratif untuk percepatan penurunan stunting di Kabupaten Nunukan.
Tujuan SDGs
- Tujuan 3. Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Lokasi Pelaksanaan
Kabupaten Nunukan
Bulan dan Tahun Pelaksanaan
Juni 2023
Proses/Tahapan Pelaksanaan
TPPS melakukan sosialisasi tentang Gerakan ABAAS, pada momen Ahri Kesehatan Nasional ke-58 TPPS melakukan pencanangan Gerakan ABAAS, kemudian pengukuhan Dandim sebagai ayah asuh, penyusunan ranperbup dan pembahasan penetapan ayah bunda asuh dari OPD,melakukan kerjasama dengan Baznas untuk menjadi bagian dari ABAAS, Dinas Kesehatan menyiapkan data anak baduta stunting dan di serhakan kepada TPPS untuk kemudian di distribusikan kepada ayah bunda asuh dari OPD dan juga Baznas yang akan bertanggungjawab terhadap pemenuhan kebutuhan gizi anak selama 6 bulan.Berdasarkan kesepakatan TPPS kemudian menyerahkan sepenuhnya bantuan ayah bunda dari OPD dan Baznas kepada TP.PKK Kabupaten untuk menjadi pengelola pemberian makanan tambahan olahan yang akan di distribusikan langsung ke anak stunting setiap hari.Dan Kemudian di dampingi oleh Tim Teknis dari DinkesP2KB dan TPPS, TP.PKK Kabupaten membentuk Tim Pokja untuk pengelolaan PMT olahan yang menggunakan menu yang telah disusun oleh Tim Gizi yang mengacu pada Juknis dari Kementerian Kesehatan, berikut Tim pendistribusian dan pemantauan harian serta pemberian KIE pola asuh dan PHBS secara intensive dan berkesinambungan kepada orang tua dengan melibatkan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang terdiri dari Bidan, Kader PKK dan Kader KB, selanjutnya koordinasi persiapan pelaksanaan, ayah bunda secara berkala melakukan kunjungan dan pemantauan langsung kepada anak asuhnya, pemantauan dan evaluasi di lakukan secara berkala oleh Tim Teknis dan di laporkan perkembangannya kepada TPPS.
Pelaku yang Terlibat
- Pemerintah Kabupaten/Kota
- Pemerintah Kecamatan
- Pemerintah Desa/Kelurahan
- Organisasi Kemasyarakatan (Termasuk LSM)
- Filantrofi (Baznas, Laziz, ACT)
Hasil & Dampak
Hasil : Terpenuhinya kebutuhan gizi anak dari keluarga kurang mampu, Dampak : 1.Pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi optimal dan terjadi penurunan kasus stunting 2.Terjalinnya kerjasama dan kemitraan yang baik dari multipihak dalam upaya percepatan penurunan stunting 3. Terjadi perubahan prilaku orangtua dalam melakukan pola asuh
Rekomendasi & Pembelajaran
Pembelajaran positif: 1 Melalui gerakan ABAAS membuka pola pikir orangtua dan masyarakat tentang dampak Stunting terhadap anak 2.Menjadi media promosi dan menggerakkan banyak pihak untuk ikut terlibat dan berkontribusi dalam upaya percepatan penurunan stunting Pembelajaran negative : 1.Masih ada Keluarga dan orangtua yang tidak kooperatif dan masih lebih mementingkan kesibukannya dari pada meluangkan waktu lebih banyak untuk anaknya selama masa pengasuhan sehingga terkesan tim ABAAS yang memilki kepentingan dengan gerakan yang di laksanakan. 2.Kejenuhan dan kelelahan tim distribusi dan pemantau harian terhadap intervensi dengan jangka waktu yang lama. 3. Kesulitan tim dapur sehat dalam memenuhi selera anak yang berbeda beda Saran : 1.Di perlukan komitmen dan kerjasama tim yang kuat 2.Di Perlukan sukarewalan dengan jiwa sosial yang tinggi untuk membantu dalam proses pendistribusian PMT setiap hari Rekomensasi : 1.Pembinaan dan pendampingan yang berkesinambungan 2.Pengkajian ulang untuk melihat kekurangaan,keterbatasan,kendala dan faktor faktor dan dapat mendukung atau dapat menjadi penghambat.
Sumber Informasi
Sabaruddin, SKM.M.Kes
Kontak Sumber Pengetahuan
Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Nunukan
Potensi & Kebutuhan Kerjasama
Modalitas : Donatur dari OPD dan Baznas, Tim Work dari TP.PKK, TPK, Kader Posyandu, Petugas Gizi, PKB,Organisasi Wanita dan Organisasi Profesi ( DW,IBI,Persagi ) Replikasi: Pengelolaan Gerakan ABAAS melalui TP.PKK dengan pendampingan dari Tim Teknis Dinas Kesehatan P2KB memberikan peluang dan kesempatan kepada PKK mengaplikasikan secara nyata keberadaan dan eksistensinya untuk kesejahteraan keluarga.